Kurukulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat
1.
Pengertian
Kurikulum Berdiferensiasi dan Kurikulum Umum
Secara etimologis,
kurikulum berasal dari bahasa inggris yaitu kata curriculum yang berarti rencana pelajaran (Echolz:1984). Kata Curriculum sendiri berasal dari
kata "Currere” yang berarti
berlari cepat, tergesa gesa, menjelajahi, menjalani, dan berusaha
(Hassibuan:1979). Dalam kamus Webster's
tahun 1857, secara gambalang kurikulum diartikan sebagai rancangan sejumlah
mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa untuk naik kelas atau mendapatkan
ijazah (menyelesaikan studinya). Kurikulum adalah peran mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Menurut
Soedijarto, kurikulum merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar
yang direncanakan untuk diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang
berwenang. Adapun di Indonesia, dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19),
kontitusi menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Perbedaan dan Pengertian Kurikulum umum dengan
Kurikulum berdiferensiasi terletak dalam hal bahwa kurikulum umum mencakup
berbagai pengalaman belajar yang dirancang secara komprehensif dalam kaitan
dengan tujuan belajar tertentu, dengan mengembangkan kontennya sesuai
kepentingan perkembangan populasi sasaran tertentu. Sedangkan kurikulum
Berdiferensiasi bagi anak yang berbakat terutama mengacu pada penanjakan
kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitasnya
serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi.
Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation
instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini
memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun
tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu
orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua ,
kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai
kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat. Melalui program khusus, berbakat
akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk
belajar.
Meskipun demikian, pada dasarnya kurikulum
berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar
bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman
belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta
pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai
dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Kebutuhan
terhadap perencanaan pengalaman belajar melalui Kurikulum Berdiferensiasi
adalah Suatu Conditio sine qua non
dalam memberikan pengalaman pendidikan bagi anak yang berbakat .Meskipun
kurikulum umum yang komprehensif sebagian bisa juga digunakan untuk melayani
anak yang berbakat ,namun ada kebutuhan-kebutuhan tertentu yang tidak dapat
diperolehnya melalui pembelajaran biasa sebagaimana dilaksanakan bagi teman
sebaya.Namun, dalam kaitan dengan filsafat pendidikan tujuan nasional dan
tujuan institusional tidak ada perbedaan antara kurikulum umum ataupun
berdiferensiasi. Perlu juga ditegaskan bahwa kurikulum berdiferensiasi beranjak
dari teori spesialisasi belahan otak(hemisphere
specialization)Kitano & Kirby.Terutama bagi pengembangan belahan otak
kanan,dirancang pengalaman belajar untuk pemekarannya secara optimal.Perlu
ditambahkan pula bahwa kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat bukan
kurikulum mikro ataupun deskripsi aktivitas post
facto ,melainkan suatu rancangan jangka panjang dalam pengembangan
pendidikan anak berbakat dengan konsiderasi terhadaf berbagai kondisinya .
A.
Hakekat
pembelajaran differensiasi
Penanganan anak-anak
berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh banyak
memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah
dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar
kebutuhan berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan
serangkaian pilihan belajar pada berbakat dengan tujuan menggali dan
mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang
berbeda-beda.Kurikulum berdiferensiasi sangat penting ditekankan untuk anak
berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1.
Prescribed
Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed curriculum and instruction adalah
kurikulum yang dikembangkan oleh standar lokal dan tidak menyediakan kesempatan
untuk strategi belajar yang cocok untuk berbakat.
2.
Teacher-Differentiated
Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated curriculum, guru
memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan
menantang untuk berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang sebagai seorang
‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3.
Learner-Differentiated
Curriculum
Level ketiga, learner-differentiated curriculum,
adalah level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai “producers of
knowledge”, bukan hanya “consumers of
knowledge”. Level ini mendukung perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain
perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan faktor sosial dan
emosional murid.
Dalam
kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
1. Beragam
cara agar dapat mengeksplorasi kurikulum
Dalam kaitan dengan
pem-belajaran berdiferensiasi, maka para memiliki kebebasan yang luas untuk
mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan
mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai
dengan kondisinya.
2. Beragam
kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga dapat mengerti dan memiliki
informasi dan ide
Proses belajar mengajar
harus dapat mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan, menge-lola,
menggunakan dan meng-komunikasikan informasi yang di-perlukan. harus terlibat
secara aktif dalam proses tersebut baik secara individual ataupun kelompok.
Keaktifan itu dapat terlihat dari (Suryosubroto, 1996:72) :
-
berbuat sesuatu untuk memahami materi
pelajaran dengan penuh keyakinan;
-
mempelajari, memahami, dan menemukan
sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
-
merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas
yang diberikan oleh guru kepadanya;
-
belajar dalam kelompok;
-
mencoba akan sendiri konsep-konsep
tertentu;
-
mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan
dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.
3. Beragam
pilihan dimana dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
Proses pembelajaran
berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk
mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat bermanfaat
untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan
dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya
atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar
untuk mendapat masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi
yang disampikan kepada orang lain.
B. Karakteristik Umum Kurikulum
Berdiferensiasi
Pengajaran
berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
a. Pengajaran
berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses
pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok
materi pelajaran sehingga semua dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan
ajar. yang agak lambat (struggling
learners) bisa memahami dan menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang
diajarkan. Sedangkan bagi para berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi
konsep pokok tersebut.
b. Evaluasi
kesiapan dan perkembangan belajar diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan
perkembangan belajar harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan
penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas
belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua
memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara
sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat dengan
memberikan dukungan bila membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta
memperluas eksplorasi terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang lebih menantang.
c. Ada
pengelompokan secara fleksibel.
Dalam pengajaran
berdiferen-siasi, berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar
sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam kelompok. Oleh karena
itu, pada saat-saat tertentu dapat diberi kebebas-an untuk memilih materi pelajaran
dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Strategi ini memungkinkan untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu,
sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas
kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan
adalah pengajaran modul.
d. Menjadi
penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang
relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning
how to learn). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan
materi, melainkan harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk
hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran telah di
biasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen,
sehingga tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan
sempurna. Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam
kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.
C. Prinsip-prinsip Pengajaran
Berdiferensiasi
1.
Prinsip
Individualitas
Perbedaan
individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar.
Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas
yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi
edukatif secara efektif. Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran
yang hanya ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada
sekelompok atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan
sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing secara
optimal.
2.
Prinsip
Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu proses
pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan
bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan
tertentu berbeda. tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
3.
Prinsip
Motivasi
Motif adalah daya dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran
yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama,
menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua ,
memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran
antara; Keempat , memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
4.
Prinsip
Latar/Konteks
Latar atau konteks
mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata ,
sehingga mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga,
masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi.
5.
Prinsip
Minat dan Kebutuhan
Minat merupakan suatu
sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah
sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan
merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar . Dengan demikian
dalam rangka meningkatkan aktivitas dalam belajar, maka materi pembelajaran dan
cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
6.
Prinsip
Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori
yaitu: Pertama, informal assessment , biasanya dilakukan oleh guru melalui
observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes
yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan;
Kedua, formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil
belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian,
kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.
7.
Prinsip
Terpadu
Artinya
penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di
sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
D.
Strategi
Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam
mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima
unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan
evaluasi.
1.
Materi
pelajaran
Materi pelajaran dapat
dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
Pemadatan materi
pelajaran
-
Studi intradisipliner
-
Kajian mendalam
-
Proses
Banyak kegiatan yang
bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran,
antara lain dengan:
-
Mengembangkan kecakapan berpikir.
-
Hubungan dalam dan lintas disiplin
-
Studi mandiri
2.
Produk
Dalam memodifikasi
produk, guru dapat mendorong untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari
atau dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun
kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta untuk menambah
jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa meminta untuk mensintesis
pengetahuan yang telah diperoleh.
a.
Lingkungan
Belajar
Lingkungan dan individu
terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Individu
seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan
dibentuk oleh individu (manusia). Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa
lingkungan ke dalam kelas, atau membawa ke masyarakat.
b.
Evaluasi
Memodifikasi evaluasi
berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan materi
pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa berbakat memiliki
kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran sebelumnya
ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit baru mata pelajaran.
E.
Cara
pengembangan kurikulum berdiferensiasi
Menurut
Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan
kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan yang memungkinkan
keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam
ini tidak tertutup kemungkinan bahwa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri
sasaran-sasaran belajarnya. Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui
materi (konten atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan
majemuk, serta dapat dirancang dengan cara sebagai berikut.
1.
Kurikulum
berdiriferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum
a. Menambah
hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya dengan
menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki anak
berbakat.
b. Mengubah
bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki
kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya,
biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak.
Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak
diterima oleh anak berbakat.
c. Mengurangi
kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang lebih tinggi
dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang dapat
dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya dikurangi.
d. Meluaskan
dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail,
pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan
dan mendalam
2.
Kurikulum
Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang Baru atau Khusus
Cara kedua ini adalah
dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak umum dan
disesuaikan dengan keberbakatan anak.Untuk menyusun sebuah kurikulum, pendidik
harus mengetahui beberapa asas kurikulum sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan mata pelajaran. Yaitu,
kegiatan bekajar dikaitkan dengan mata pelajaran atau materi tertentu.
Contohnya, ketika anak belajar bagian-bagian serangga, anak dapat mencari
sendiri serangga-serangga yang akan dipelajarinya di lingkungan sekolah.
b. Berorientasi dengan proses. Maksudnya,
kegiatan belajar mengajar menekankan perkembangan keterampilan dan proses
berpikir daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak sudah mengenal
bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian tersebut dengan
bagian-bagian kendaraan.
c. Berpusat pada kegiatan aktif. Yaitu
kegiatan belajar sepenuhnya mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat
menghidupkan suasana keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar
pikiran.
d. Penerapan tugas berakhir terbuka.Dengan
asas ini tidak ada istilah “benar” dan “salah” dalam hasil tugas , tetapi
seluruhnya berdasarkan pengalaman setiap anak.
e. Memungkinkan anak memilih. Asas
ini memberikan peluang kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan
kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas
minat dan bakat anak.
2.
Perbedaan
penerapan kurikulum differensiasi dengan kurikulum umum
-
Muatan atau materi yang di berikan
kepada anak-anak berbakat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
-
Proses belajar anak berbakat, entah itu
itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
-
Dalam hal penugasan, anak berbakat
diberikan beban produk yang lebih rumit dan komleks daripada anak umum. Produk
belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.
A.
Unsur-unsur
Kurikulum Diferensiasi
Beberapa unsur pokok
yang perlu diperhatikan dalam kurikulum berdiferensiasi, yaitu:
1. Materi
(konten) yang dipercepat atau lebih maju.
2. Pemahaman
yang lebih majemuk.
3. Bekerja
dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak.
4. Waktu
belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat, dan waktu untuk memahami suatu
topik dapat lebih lama.
5. Menciptakan
informasi atau topik baru.
6. Kemandirian
dalam berpikir dan belajar.
7. Memindahkan
pembelajaran kebidang lain yang lebih menantang.
B.
Asas-asas
Kurikulum Diferensiasi
Asas-asas kurikulum
berdiferensiasi yang dikembangkan oleh Leadership
Training Institute sebagai berikut :
1. Menyampaikan
materi/konten yang berhubungan dengan isu, tema dan masalah yang luas.
2. Memadukan
banak disiplin dalam setiap bidang.
3. Memberikan
pengalamn yang komprehensif.
4. Memberi
kesempatan untuk mendalami topik yang telah dipilih
1.
Mantra
dan Komponen
Pengembangan
kurikulum berdiferensiasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi kebutuhan
perkembangan anak berbakat dan desain konten kurikulum itu sendiri. Berdasarkan
kebutuhan perkembangan anak berbakat, kurikulum berdiferensiasi memperhatikan
adanya perbedaan kualitatif individu berbakat dari manusia lainnya tanpa
melupakan bahwa ia adalah seorang anak manusia yang juga memiliki persamaan
perilaku, sifat, dan aspek perkembangan tertentu dengan teman sebayanya. Untuk
penulisan kurikulum akan lebih menggunakan istilah komponen kurikulum,
sedangkan dilihat dari desain konten kurikulum itu sendiri dengan memperhatikan
ciri-ciri keberbakatan, penulisan akan menggunakan istilah matra.
a.
Komponen
Sesuai dengan matra
kurikulum berdiferensiasi, kita dapat meneropong perkembangan anak berbakat
dengan kebutuhan pendidikannya yang bersifat khusus (special educational needs).
1) Komponen pertama
: mengadakan berbagai langkah identifikasi sesuai dengan keperluan, dimana
identifikasi merupakan asesmen yang akan memberikan gambaran mengenai profil
kemampuan dan kelemahan anak berbakat (Semiawan, C, 1992), sekaligus
memperhatikan adanya kecenderungan, kecepatan belajar, serta proses cara-cara
belajarnya.
2) Komponen kedua
: memberi arahan terhadap perkembangan kurikulum berdiferensiasi dalam upaya
peningkatan mental yang bersifat dinamis dengan mengacu pada tindakan kreatif (creative action) tertentu.
3) Komponen ketiga
: membahas orientasi belajar pada konten, produk, atau proses.
4) Komponen keempat
: bersifat teknis dalam mepersiapkan logistik (fasilitas, ruang, peralatan,
pengaturan jam belajar, personalia) serta subsistem yang mendukung dalam
penyelenggaraan kurikulum berdiferensiasi(Semiawan, C, 1995).
b.
Matra
1)
Matra
umum
Matra umum beranjak
dari kurikulum umum. Matra umum merupakan dasar dimana dapat
mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan berbagai kemampuan intelektual anak
berbakat (Semiawan, C, 1992). Setiap anak berbakat seharusnya mendapatkan
pengalaman belajar dari kurikulum umum sebagai langkah pertama pembelajaran yang
menjadi dasar umum.
2)
Matra
yang didiferensiasikan
Matra ini adalah matra
terpenting dalam perkembangan kurikulum berdiferensiasi karena materi kurikulum
diperluas atau diperdalam lagi tanpa menjadi lebih banyak. Materi ini secara
kualitatif memnuhi tuntutan bakat, perilaku, keterampilan, pengetahuan, serta
sifat luar biasa pada anak berbakat (Semiawan, C, 1992).
3)
Matra
subliminal
Matra ini berkenaan
dengan latar belakang budaya yang merupakan kontek pendiddikan dan harus
ditandai oleh iklim akademis yang menyegarkan. Iklim akademis : pergaulan antar
sesama anak, antar guru dan anak, guru dan guru, serta guru dan kepala sekolah,
peraturan disiplin yang berlaku yang menandai interaksi belajar yang merupakan
suasana yang amat menentukan keberhasilan kualitas belajar.
4)
Matra
non akademis
Upaya agar materi
belajar tidak terlalu sempit dan terbatas pada pengetahuan yang disajikan
dibuku ajar dan kurikulum sekolah, berbagai wahana diluar sekolah seperti
kegiatan di masyarakat, televisi, museum, radio harus juga mendukung matra yang
didiferensiasikan.
C. Kendala-kendala
Yang Dihadapi Guru Dalam Menggunakan Kurikulum Diferensiasi Untuk Anak Berbakat
Kendala-kendala yang
dihadapi ketika menggunakan kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat, guru
memiliki kesulitan dalam :
1. Memodifikasi
materi untuk anak berbakat, dalam hal ini guru kesulitan dalam menyiapkan
materi yang cocok dan menyediakan bahan yang lebih bagus atau canggih untuk
anak berbakat.
2. Menentukan
metode pembelajaran yang berbeda yang dapat digunakan pada saat yang sama.
3. Merancang
produk pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan anak untuk memahami
materi pembelajaran, dan menunjukkan kreativitasnya untuk dapat juga merancang
produk berdasarkan pengalaman belajarnya.
4. Lingkungan
yang kurang kondusif.
D.
Evaluasi
Kesiapan Belajar Untuk Anak Berbakat
Proses
evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Tetapi
karena kurikulum atau program pembelajaran anak berbakat berbeda dalam cakupan
dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan keadaan
tersebut. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak
berbakat. Menurut Conny Semiawan (1987, 1992), mengemukakan bahwa instrument
dan prosedur yang digunakan mengacu pada ketuntasan belajar. Evaluasi kesiapan
perkembangan seperti apa yang dapat dikembangan untuk anak berbakat? Evaluasi
kesiapan perkembangan yang memiliki model pengukuran seperti model pengukuran
acuan kriteria (criterion-reference),
pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan seseorang. Dimana dengan
kedua model tersebut diharapkan dapat menghasilkan ketuntasan belajar pada anak
berbakat. Dalam ketuntasan tersebut perlu adanya layanan pendidikan anak
berbakat, umpan balik, pemantapan penguasaan suatu materi, keterampilan, dan
kemampuan maupun kecepatan belajar anak. Jadi,dapat dapat diambil intinya dari
penjelasan diatas bahwa evaluasi kesiapan yang memiliki instrumen dan prosedur
yang menghasilkan ketuntasan pada anak yang dapat dikatakan sebagai evaluasi
kesiapan perkembangan belajar anak berbakat.
E.
Dampak
Kurikulum Untuk Anak Berbakat Pada Saat Sekarang
Dampak kurikulum untuk
anak berbakat saat sekrang ini dapat kita lihat dari segi prestasi, dimana
dampak tersebut adalah :
1. Prestasi
fisik, dimana dengan dampak ini yang dapat dicapai oleh anak berbakat adalah
mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik.
2. Prestasi
psikologis, dimana anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan
secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih
mudah diterima.
3. Prestasi
akademik, pada dasarnya anak berbakat memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Jadi, pada
prestasi ini anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi.
Dan jika dilihat dari
segi dampak dalam karakteristik, dampak kurikulum untuk anak berbakat pada saat
sekarang ini adalah :
1. Mampu
mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan
yang sedikit.
2. Dapat
mendominasi diskusi.
3. Tidak
sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya.
4. Suka
rebut.
5. Memilih
kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau
kegiatan fisik.
6. Suka
melawan aturan, petunjuk-petunjuk, atau prosedur tertentu.
7. Jika
memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu
tuntas.
https://mellyhandayanicyrus.wordpress.com/2015/05/16/kurikulum-berdifferensiasi-untuk-anak-berbakat/
0 komentar:
Posting Komentar