Senin, 23 Oktober 2017

Kurukulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat

    1.      Pengertian Kurikulum Berdiferensiasi dan Kurikulum Umum


Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa inggris yaitu kata curriculum yang berarti rencana pelajaran (Echolz:1984). Kata Curriculum sendiri berasal dari kata "Currere” yang berarti berlari cepat, tergesa gesa, menjelajahi, menjalani, dan berusaha (Hassibuan:1979). Dalam kamus Webster's tahun 1857, secara gambalang kurikulum diartikan sebagai rancangan sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa untuk naik kelas atau mendapatkan ijazah (menyelesaikan studinya). Kurikulum adalah peran mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Menurut Soedijarto, kurikulum merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan untuk diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang berwenang. Adapun di Indonesia, dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19), kontitusi menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Perbedaan dan Pengertian Kurikulum umum dengan Kurikulum berdiferensiasi terletak dalam hal bahwa kurikulum umum mencakup berbagai pengalaman belajar yang dirancang secara komprehensif dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu, dengan mengembangkan kontennya sesuai kepentingan perkembangan populasi sasaran  tertentu. Sedangkan kurikulum Berdiferensiasi bagi anak yang berbakat terutama mengacu  pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua , kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat. Melalui program khusus, berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Meskipun demikian, pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Kebutuhan terhadap perencanaan pengalaman belajar melalui Kurikulum Berdiferensiasi adalah Suatu Conditio sine qua non dalam memberikan pengalaman pendidikan bagi anak yang berbakat .Meskipun kurikulum umum yang komprehensif sebagian bisa juga digunakan untuk melayani anak yang berbakat ,namun ada kebutuhan-kebutuhan tertentu yang tidak dapat diperolehnya melalui pembelajaran biasa sebagaimana dilaksanakan bagi teman sebaya.Namun, dalam kaitan dengan filsafat pendidikan tujuan nasional dan tujuan institusional tidak ada perbedaan antara kurikulum umum ataupun berdiferensiasi. Perlu juga ditegaskan bahwa kurikulum berdiferensiasi beranjak dari teori spesialisasi belahan otak(hemisphere specialization)Kitano & Kirby.Terutama bagi pengembangan belahan otak kanan,dirancang pengalaman belajar untuk pemekarannya secara optimal.Perlu ditambahkan pula bahwa kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat bukan kurikulum mikro ataupun deskripsi aktivitas post facto ,melainkan suatu  rancangan jangka panjang dalam pengembangan pendidikan anak berbakat dengan konsiderasi terhadaf berbagai kondisinya .
A.    Hakekat pembelajaran differensiasi
Penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.Kurikulum berdiferensiasi sangat penting ditekankan untuk anak berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1.      Prescribed Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed curriculum and instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh standar lokal dan tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk berbakat.
2.      Teacher-Differentiated Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated curriculum, guru memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan menantang untuk berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang sebagai seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3.      Learner-Differentiated Curriculum
Level ketiga, learner-differentiated curriculum, adalah level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai “producers of knowledge”, bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini mendukung perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan faktor sosial dan emosional murid.

Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
1.      Beragam cara agar dapat mengeksplorasi kurikulum
Dalam kaitan dengan pem-belajaran berdiferensiasi, maka para memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
2.      Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide
Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan, menge-lola, menggunakan dan meng-komunikasikan informasi yang di-perlukan. harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat dari (Suryosubroto, 1996:72) :
-          berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
-          mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
-          merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
-          belajar dalam kelompok;
-          mencoba akan sendiri konsep-konsep tertentu;
-          mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.
3.      Beragam pilihan dimana dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang lain.

B.     Karakteristik Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
a.       Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar. yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.
b.      Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat dengan memberikan dukungan bila membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.
c.       Ada pengelompokan secara fleksibel.
Dalam pengajaran berdiferen-siasi, berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu dapat diberi kebebas-an untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan adalah pengajaran modul.
d.      Menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran telah di biasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.

C.     Prinsip-prinsip Pengajaran Berdiferensiasi
1.      Prinsip Individualitas
Perbedaan individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif. Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing secara optimal.
2.      Prinsip Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
3.      Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua , memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran antara; Keempat , memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
4.      Prinsip Latar/Konteks
Latar atau konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata , sehingga mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi.
5.      Prinsip Minat dan Kebutuhan
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar . Dengan demikian dalam rangka meningkatkan aktivitas dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
6.      Prinsip Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal assessment , biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua, formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.
7.      Prinsip Terpadu
Artinya penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
  
D.    Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi.
1.      Materi pelajaran
Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
Pemadatan materi pelajaran
-          Studi intradisipliner
-          Kajian mendalam
-          Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
-          Mengembangkan kecakapan berpikir.
-          Hubungan dalam dan lintas disiplin
-          Studi mandiri
2.      Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat mendorong untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta untuk menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa meminta untuk mensintesis pengetahuan yang telah diperoleh.
a.      Lingkungan Belajar
Lingkungan dan individu terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan dibentuk oleh individu (manusia). Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau membawa ke masyarakat.
b.      Evaluasi
Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit baru mata pelajaran.

E.     Cara pengembangan kurikulum berdiferensiasi
Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya. Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat dirancang dengan cara sebagai berikut.
1.      Kurikulum berdiriferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum
a.       Menambah hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki anak berbakat.
b.      Mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak. Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat.
c.       Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya dikurangi.
d.      Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam

2.      Kurikulum Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang Baru atau Khusus
Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.Untuk menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus mengetahui beberapa asas kurikulum sebagai berikut:
a.       Berkaitan dengan mata pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar dikaitkan dengan mata pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika anak belajar bagian-bagian serangga, anak dapat mencari sendiri serangga-serangga yang akan dipelajarinya di lingkungan sekolah.
b.      Berorientasi dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar mengajar  menekankan perkembangan keterampilan dan proses berpikir daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak sudah mengenal bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian tersebut dengan bagian-bagian kendaraan.
c.       Berpusat pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
d.      Penerapan tugas berakhir terbuka.Dengan asas ini tidak ada istilah “benar” dan “salah” dalam hasil tugas , tetapi seluruhnya berdasarkan pengalaman setiap anak.
e.       Memungkinkan anak memilih. Asas ini memberikan peluang kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.

      2.      Perbedaan penerapan kurikulum differensiasi dengan kurikulum umum


-          Muatan atau materi yang di berikan kepada anak-anak berbakat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
-          Proses belajar anak berbakat, entah itu itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
-          Dalam hal penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebih rumit dan komleks daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.

A.    Unsur-unsur Kurikulum Diferensiasi
Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam kurikulum berdiferensiasi, yaitu:
1.      Materi (konten) yang dipercepat atau lebih maju.
2.      Pemahaman yang lebih majemuk.
3.      Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak.
4.      Waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat, dan waktu untuk memahami suatu topik dapat lebih lama.
5.      Menciptakan informasi atau topik baru.
6.      Kemandirian dalam berpikir dan belajar.
7.      Memindahkan pembelajaran kebidang lain yang lebih menantang.

B.     Asas-asas Kurikulum Diferensiasi
Asas-asas kurikulum berdiferensiasi yang dikembangkan oleh Leadership Training Institute sebagai berikut :
1.      Menyampaikan materi/konten yang berhubungan dengan isu, tema dan masalah yang luas.
2.      Memadukan banak disiplin dalam setiap bidang.
3.      Memberikan pengalamn yang komprehensif.
4.      Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang telah dipilih

1.      Mantra dan Komponen
Pengembangan kurikulum berdiferensiasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi kebutuhan perkembangan anak berbakat dan desain konten kurikulum itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan perkembangan anak berbakat, kurikulum berdiferensiasi memperhatikan adanya perbedaan kualitatif individu berbakat dari manusia lainnya tanpa melupakan bahwa ia adalah seorang anak manusia yang juga memiliki persamaan perilaku, sifat, dan aspek perkembangan tertentu dengan teman sebayanya. Untuk penulisan kurikulum akan lebih menggunakan istilah komponen kurikulum, sedangkan dilihat dari desain konten kurikulum itu sendiri dengan memperhatikan ciri-ciri keberbakatan, penulisan akan menggunakan istilah matra.
a.      Komponen
Sesuai dengan matra kurikulum berdiferensiasi, kita dapat meneropong perkembangan anak berbakat dengan kebutuhan pendidikannya yang bersifat khusus (special educational needs).
1)      Komponen pertama : mengadakan berbagai langkah identifikasi sesuai dengan keperluan, dimana identifikasi merupakan asesmen yang akan memberikan gambaran mengenai profil kemampuan dan kelemahan anak berbakat (Semiawan, C, 1992), sekaligus memperhatikan adanya kecenderungan, kecepatan belajar, serta proses cara-cara belajarnya.
2)      Komponen kedua : memberi arahan terhadap perkembangan kurikulum berdiferensiasi dalam upaya peningkatan mental yang bersifat dinamis dengan mengacu pada tindakan kreatif (creative action) tertentu.
3)      Komponen ketiga : membahas orientasi belajar pada konten, produk, atau proses.
4)      Komponen keempat : bersifat teknis dalam mepersiapkan logistik (fasilitas, ruang, peralatan, pengaturan jam belajar, personalia) serta subsistem yang mendukung dalam penyelenggaraan kurikulum berdiferensiasi(Semiawan, C, 1995). 
b.      Matra
1)      Matra umum
Matra umum beranjak dari kurikulum umum. Matra umum merupakan dasar dimana dapat mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan berbagai kemampuan intelektual anak berbakat (Semiawan, C, 1992). Setiap anak berbakat seharusnya mendapatkan pengalaman belajar dari kurikulum umum sebagai langkah pertama pembelajaran yang menjadi dasar umum.

2)      Matra yang didiferensiasikan
Matra ini adalah matra terpenting dalam perkembangan kurikulum berdiferensiasi karena materi kurikulum diperluas atau diperdalam lagi tanpa menjadi lebih banyak. Materi ini secara kualitatif memnuhi tuntutan bakat, perilaku, keterampilan, pengetahuan, serta sifat luar biasa pada anak berbakat (Semiawan, C, 1992).
3)      Matra subliminal
Matra ini berkenaan dengan latar belakang budaya yang merupakan kontek pendiddikan dan harus ditandai oleh iklim akademis yang menyegarkan. Iklim akademis : pergaulan antar sesama anak, antar guru dan anak, guru dan guru, serta guru dan kepala sekolah, peraturan disiplin yang berlaku yang menandai interaksi belajar yang merupakan suasana yang amat menentukan keberhasilan kualitas belajar.

4)      Matra non akademis
Upaya agar materi belajar tidak terlalu sempit dan terbatas pada pengetahuan yang disajikan dibuku ajar dan kurikulum sekolah, berbagai wahana diluar sekolah seperti kegiatan di masyarakat, televisi, museum, radio harus juga mendukung matra yang didiferensiasikan.

C.   Kendala-kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Menggunakan Kurikulum Diferensiasi Untuk Anak Berbakat
Kendala-kendala yang dihadapi ketika menggunakan kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat, guru memiliki kesulitan dalam :
1.      Memodifikasi materi untuk anak berbakat, dalam hal ini guru kesulitan dalam menyiapkan materi yang cocok dan menyediakan bahan yang lebih bagus atau canggih untuk anak berbakat.
2.      Menentukan metode pembelajaran yang berbeda yang dapat digunakan pada saat yang sama.
3.      Merancang produk pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan anak untuk memahami materi pembelajaran, dan menunjukkan kreativitasnya untuk dapat juga merancang produk berdasarkan pengalaman belajarnya.
4.      Lingkungan yang kurang kondusif.

D.    Evaluasi Kesiapan Belajar Untuk Anak Berbakat
Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Tetapi karena kurikulum atau program pembelajaran anak berbakat berbeda dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan keadaan tersebut. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat. Menurut Conny Semiawan (1987, 1992), mengemukakan bahwa instrument dan prosedur yang digunakan mengacu pada ketuntasan belajar. Evaluasi kesiapan perkembangan seperti apa yang dapat dikembangan untuk anak berbakat? Evaluasi kesiapan perkembangan yang memiliki model pengukuran seperti model pengukuran acuan kriteria (criterion-reference), pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan seseorang. Dimana dengan kedua model tersebut diharapkan dapat menghasilkan ketuntasan belajar pada anak berbakat. Dalam ketuntasan tersebut perlu adanya layanan pendidikan anak berbakat, umpan balik, pemantapan penguasaan suatu materi, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar anak. Jadi,dapat dapat diambil intinya dari penjelasan diatas bahwa evaluasi kesiapan yang memiliki instrumen dan prosedur yang menghasilkan ketuntasan pada anak yang dapat dikatakan sebagai evaluasi kesiapan perkembangan belajar anak berbakat.

E.     Dampak Kurikulum Untuk Anak Berbakat Pada Saat Sekarang
Dampak kurikulum untuk anak berbakat saat sekrang ini dapat kita lihat dari segi prestasi, dimana dampak tersebut adalah :
1.      Prestasi fisik, dimana dengan dampak ini yang dapat dicapai oleh anak berbakat adalah mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik.
2.      Prestasi psikologis, dimana anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima.
3.      Prestasi akademik, pada dasarnya anak berbakat memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Jadi, pada prestasi ini anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi.
Dan jika dilihat dari segi dampak dalam karakteristik, dampak kurikulum untuk anak berbakat pada saat sekarang ini adalah :
1.      Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit.
2.      Dapat mendominasi diskusi.
3.      Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya.
4.      Suka rebut.
5.      Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik.
6.      Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk, atau prosedur tertentu.
7.      Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.







 Sumber :



                                                                                               



























































































0 komentar:

Posting Komentar